Sejuta Cerita di
Angkutan Umum
Pagi ini saya berangkat ke kantor
dengan menggunakan kendaraan umum, mobil angkutan. Dulu mobil angkutan bukanlah
sesuatu yang asing dalam kehidupan sehari-hari saya. Saat SD kelas 2 saya sudah
naik angkot (ankutan kota) untuk pergi sekolah dengan tarif hanya 100-200
rupiah sekali naik, murah sekali bukan? Naik angkot kali ini dikarenakan motor
yang biasa saya gunakan untuk pergi ke kantor digunakan adik dan ibu saya ke
luar kota.
Mobil angkutan yang saya naiki hari
ini sedikit longgar, mungkin karena sudah di luar jam berangkat sekolah, namun
ternyata di dalam angkot ada beberapa penumpang berseragam PRAMUKA tingkat SMP.
Saya cukup menikmati perjalanan kali ini karena saya tidak sedang dikejar waktu.
Berada dalam angkot seolah saya kembali ke masa lalu di mana saya selalu
dipertemukan dengan mobil angkutan setiap harinya. Ketika berangkat dan pulang sekolah
bersama teman-teman.
Ada banyak cerita yang terjadi
sepanjang perjalanan dalam angkot, mulai dari angkot yang lelet, ugal-ugalan,
ada yang mabuk kendaraan dsb. Ada sebuah kejadian yang yang saya alami saat
naik angkot, apa ya lucu, menegangkan atau apalah yang pantas untuk
menggaambarkannya whatever saat itu sore hari ketika pulang les di
sekolah saya naik angkot, dalam perjalanan tiba-tiba angkot berhenti, saaat itu
saya belum mengetahui apa yang sedang terjadi sampai angkot itu berhenti. Baru kemudian
supir turun dan mengecek kendaraannya baru diketahui bahwa bannya lepas, O my God dan untungnya saat itu jalanan
sepi dan tidak sampai terjadi kecelakaan. Kok bisa yaaaa??? I dont know
Kali ini kejadian yang menyebalkan
yang terjadi saat pulang sekolah juga. Angkot dalam keadaan hampir penuh. Di tengah
jalan supir menaikkan penumpang lagi, seorang nenek berpakaian kuno,
menggunakan bawahan kain batik (jarit) dengan kebaya model jaman dahulu dan
menggunakan selendang sebagai penutup kepalanya. Dia duduk tepat di sebelah
kiri saya (seingat saya). Saya tidak terlalu memperhatikan nenek itu, seingat
saya nenek itu turun terlebih dahulu dibanding saya. Ketika nenek itu turun you know what? Nenek itu meninggalkan
bekas di baju saya berupa kotoran hewan sepertinya kotoran sapi Oh no... dan yang paling menyebalkan,
seragam itu harus digunakan lagi pada keesokan harinya. Ini nenek habis main
sama sapi kok nggak ganti baju siiiiyyy.....
Dalam perjalanan di angkot bersama teman-teman
selalu ada saja yang dibicarakan. Jika kita duduk di paling belakang kadang
kala kita membicarakan pengendara di belakang angkot yang sedang kami naiki,
jika angkot sedang sepi terkadang kami membuat gaduh di dalamnya, maklumlah
masih anak SMA. Seringnya saya naik angkot membuat saya hafal dengan para sopir
dan kernet angkot. Waktu itu saya ingat ada kernet yang mirip dengan Nardji,
kernet itu suka menaikkan tarif sesukanya sehingga tarifnya jauh lebih mahal
dari yang biasa. Jika biasa dari sekolah menuju rumah tarifnya Rp.1000 tapi
jika naik angkot dengan kernet “Nardji” itu bisa jadi Rp.1500 atau bahkan
Rp.2000, perhitungan??? Tentu saja saat itu pemasukan hanya diperoleh dari uang
saku yang diberikan orang tua dan jumlahnya sudah sesuai dengan kebutuhan
setiap harinya. Waktu itu “Nardji” menjadi kernet angkot H jurusan Mojowarno-Jombang,
saat itu sedang ngetem mencari penumpang dan menawarkan kepada saya
dan teman-teman saya, dan kami kompak menolaknya, dan angkotnya menjadi sepi
penumpang. Saya lebih baik terlambat pulang daripada harus membayar dengan
tarif yang lebih mahal. Setelah beberapa lama tidak pernah bertemu dengan si “Nardji”
namun saat itu sudah pindah angkot jurusan lain, saya dan teman-teman hanya
tertawa dan berpikir kemungkina dia dipecat oleh sopir angkot yang dulu karena
adanya dia banyak penumpang yang tidak mau naik.
Keberadaan angkot saat ini hampir
tersisih karena banyak orang yang sekarang lebih memilih naik kendaraan
pribadi. Mungkin memang ada beberapa yang membutuhkan jasa angkot ini seperti
saya pagi ini yang membutuhkan jasa angkot karena motor saya sedang digunakan
adik saya ke luar kota dan motor saya yang lain tidak memenuhi standar jadi
saya tidak mungkin menggunakannnya untuk berangkat kerja. Sepertinya judul di atas agak berlebihan hehehe tapi memang sebenarnya ada banyak cerita ketika saya menggunakan jasa angkot, tapi sepertinya tidak mungkin saya share di sini. tunggu cerita saya selanjutnya yaaa :D