KEINGINANKU
Aku
ingin begini, aku ingin begitu
Ingin
ini, ingin itu banyak sekali
Semua,
semua, semua tak dapat dikabulkan
Karna
ku tak punya kantong ajaib
(kutipan lirik
lagu doraemon dengan sedikit perubahan lirik)
Bingung
sepertinya itu yang sedang menghantui pikiran saya. Sampai pada saat ini saya
sedang dalam proses menemukan jati diri, passion
saya. Bisa dibilang saya ini orangnya masih labil (bukan labil ekonomi like a Vicky ya…) saya juga termasuk
orang yang mudah bosan dengan rutinitas. Saya senang dengan sesuatu yang baru,
namun ketika hal baru itu membosankan saya akan meninggalkan begitu saja,
tetapi jika sesuatu yang baru itu begitu menarik hati saya saya akan
menggelutinya untuk jangka waktu tertentu saja pastinya kemudian bosan akan
menghampiri pada saatnya. Menurut orang lain, bahkan pacar saya, saya ini
banyak maunya dan selalu saya tidak mewujudkannya seperti lirik lagu di atas.
Entah karena tiba-tiba mood saya hilang begitu saja ataukah karna saya suka
yang instan. Pacar saya sampai hafal dengan sifat saya yang satu itu, ingin
ini, ingin itu akan tetapi tak pernah sekalipun mewujudkan apa yang saya
ucapkan. Jadi ketika saya berbicara mengenai keinginan saya yang banyak itu dia
hanya mengiyakan, bahkan kesannya pacar saya itu seperti masa bodoh dengan
keinginan-keinginan saya itu. Tapi saya yakin jika pacar saya selalu mendukung
apapun yang saya lakukan.
Saat
masih kecil saya berkeinginan untuk menjadi dokter, namun ketika SMP saat saya
mendapat tugas membuat kliping cerpen dari guru bahasa Indonesia saya, saya
ingin menjadi guru bahasa Indonesia. Pada saat itu saya berfikir bahwa menjadi
guru bahasa Indonesia merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Saya saai itu
begitu senang membaca dan mengarang berfikir bahwa menjadi guru bahasa
Indonesia nanti bisa membaca cerita pengalaman dari murid-murid saya dari tugas
yang saya berikan. Sampai pada akhirnya pada saat saya kuliah dan gagal
diterima di perguruan tinggi negeri dan orang tua saya menginginkan saya kuliah
di kota tempat tinggal saya sekarang, saya memilih sekolah pendidikan guru dan
memilih program studi bahasa dan sastra Indonesia. Sebenarnya itu adalah sebuah
pilihan yang saya putuskan dengan terpaksa karena alternative yang diberikan
oleh orang tua saya tempatnya lebih jauh dari lokasi sekolah pendidikan guru
itu, selain itu kebutaan saya mengenai perguruan tinggi yang ada di kota saya.
Awalnya saya memang tidak ada niatan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan
tinggi, dan kalau pun harus melanjutkan saya tidak ingin melanjutkan sekolah
tinggi di sini, di kota ini. Saya ingin melanjutkannya di luar kota. Saya ingin
suasana baru, lingkungan baru karena lagi-lagi sifat jenuh saya berada di kota
ini.
Seiring
berjalannya waktu perjalanan sekolah saya hampir selesai, sbelum benar-benar
selesai saya harus melewati masa PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) saya jadi
ilfil dengan profesi ini. Alasannya adalah pertama murid di zaman sekarang jauh
berbeda dengan murid zaman saya sekolah dulu, murid zaman sekarang sepertinya
tidak mengenal sopan santun dan tidak bisa menghormati orang yang lebih tua,
norma-norma kesopanan sudah mulai luntur sepertinya. Kedua lagi-lagi karena
sifat saya yang moody tiba-tiba saya
tidak tertarik lagi dengan profesi ini, tampaknya membosankan, karena dalam
sehari bisa berkutat dengan materi yang sama dari pagi sampai siang walaupun di
kelas yang berbeda, dengan orang yang berbeda dan tentunya dengan kemampuan
yang berbeda pula. Ketiga adalah kesejahteraan profesi tersebut tidak terjamin.
Kalau menurut saya jauh dari apa yang dibilang sejahtera, kalau pun ada yang
terlihat berkecukupan atau lebih itu bisa jadi karena pasangannya berprofesi
yang berpenghasilan cukup tinggi dibandingkan dengannya, atau bisa juga mereka
mempunyai sampingan yang cukup sukses.
Saat
pertama kali saya terjun di dunia tarik suara, saya sempat berkeinginan menjadi
seorang penyanyi terkenal. Melihat penyanyi di televise yang begitu dikenal dan
hidup berkecukupan. Sampai saat ini pun saya masih senang dengan dunia tarik
suara. Beberapa bulan yang lalu saya sempat berbicara empat mata dengan ayah
saya saat beliau di rumah. Berbicara mengenai banyak hal tentang saya, kegiatan
saya, pekerjaan saya, masa depan saya, hubungan saya dengan pacar saya, dan
saat itu baru saya mengetahui bahwa dulu ayah saya pernah ditawari oleh
seseorang untuk mengorbitkan saya, tapi entah dengan pertimbangan apa saat itu
ayah saya menolaknya. Menyesal mendengarnya, tapi mungkin itu bukan rejeki
saya, jalan saya tidak di situ. Saat ini sebenarnya saya sudah menjadi seorang penyanyi, penyanyi kelas kamar mandi, kadang juga saya menyanyi di acara-acara pernikahan saudara saya.
Kesukaan
saya membaca novel teenlit membuat saya juga pernah berkeinginan untuk menjadi
seorang penulis. Sepertinya menjadi seorang penulis merupakan profesi yang
menyenangkan. Ada kebanggaan tersendiri manakala tulisan hasil karya saya terpampang
di rak toko buku, lebih bangga lagi ketika ada yang mau menghargainya dengan
membeli dan membacanya. Setelah saya mencoba menulis membuat sebuah cerita,
ternyata tak semudah membaca dan menikmati teenlit itu. Menulis butuh kemauan
yang tinggi selain itu juga membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas untuk
menciptakan sebuah karya yang spektakuler dan disukai banyak orang. Akhirnya keinginan
itu terpendam oleh waktu dengan sendirinya. Saya tidak percaya diri dengan
tulisan saya, tapi setidaknya saya sedikit mewujudkannya melalui blog ini :).
Sebenarnya
masih ada banyak keinginan saya yang ingin saya tuliskan di sini, mungkin lain
waktu akan saya lanjutkan kembali tulisan saya mengenai keinginan-keinginan
saya yang banyak sekali itu.
sip
BalasHapusNyanyi wae ;)
BalasHapus