Jumat, 27 September 2013

KEINGINAN-KEINGINANKU



KEINGINANKU

Aku ingin begini, aku ingin begitu
Ingin ini, ingin itu banyak sekali
Semua, semua, semua tak dapat dikabulkan
Karna ku tak punya kantong ajaib
(kutipan lirik lagu doraemon dengan sedikit perubahan lirik)

Bingung sepertinya itu yang sedang menghantui pikiran saya. Sampai pada saat ini saya sedang dalam proses menemukan jati diri, passion saya. Bisa dibilang saya ini orangnya masih labil (bukan labil ekonomi like a Vicky ya…) saya juga termasuk orang yang mudah bosan dengan rutinitas. Saya senang dengan sesuatu yang baru, namun ketika hal baru itu membosankan saya akan meninggalkan begitu saja, tetapi jika sesuatu yang baru itu begitu menarik hati saya saya akan menggelutinya untuk jangka waktu tertentu saja pastinya kemudian bosan akan menghampiri pada saatnya. Menurut orang lain, bahkan pacar saya, saya ini banyak maunya dan selalu saya tidak mewujudkannya seperti lirik lagu di atas. Entah karena tiba-tiba mood saya hilang begitu saja ataukah karna saya suka yang instan. Pacar saya sampai hafal dengan sifat saya yang satu itu, ingin ini, ingin itu akan tetapi tak pernah sekalipun mewujudkan apa yang saya ucapkan. Jadi ketika saya berbicara mengenai keinginan saya yang banyak itu dia hanya mengiyakan, bahkan kesannya pacar saya itu seperti masa bodoh dengan keinginan-keinginan saya itu. Tapi saya yakin jika pacar saya selalu mendukung apapun yang saya lakukan.
Saat masih kecil saya berkeinginan untuk menjadi dokter, namun ketika SMP saat saya mendapat tugas membuat kliping cerpen dari guru bahasa Indonesia saya, saya ingin menjadi guru bahasa Indonesia. Pada saat itu saya berfikir bahwa menjadi guru bahasa Indonesia merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Saya saai itu begitu senang membaca dan mengarang berfikir bahwa menjadi guru bahasa Indonesia nanti bisa membaca cerita pengalaman dari murid-murid saya dari tugas yang saya berikan. Sampai pada akhirnya pada saat saya kuliah dan gagal diterima di perguruan tinggi negeri dan orang tua saya menginginkan saya kuliah di kota tempat tinggal saya sekarang, saya memilih sekolah pendidikan guru dan memilih program studi bahasa dan sastra Indonesia. Sebenarnya itu adalah sebuah pilihan yang saya putuskan dengan terpaksa karena alternative yang diberikan oleh orang tua saya tempatnya lebih jauh dari lokasi sekolah pendidikan guru itu, selain itu kebutaan saya mengenai perguruan tinggi yang ada di kota saya. Awalnya saya memang tidak ada niatan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, dan kalau pun harus melanjutkan saya tidak ingin melanjutkan sekolah tinggi di sini, di kota ini. Saya ingin melanjutkannya di luar kota. Saya ingin suasana baru, lingkungan baru karena lagi-lagi sifat jenuh saya berada di kota ini.
Seiring berjalannya waktu perjalanan sekolah saya hampir selesai, sbelum benar-benar selesai saya harus melewati masa PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) saya jadi ilfil dengan profesi ini. Alasannya adalah pertama murid di zaman sekarang jauh berbeda dengan murid zaman saya sekolah dulu, murid zaman sekarang sepertinya tidak mengenal sopan santun dan tidak bisa menghormati orang yang lebih tua, norma-norma kesopanan sudah mulai luntur sepertinya. Kedua lagi-lagi karena sifat saya yang moody tiba-tiba saya tidak tertarik lagi dengan profesi ini, tampaknya membosankan, karena dalam sehari bisa berkutat dengan materi yang sama dari pagi sampai siang walaupun di kelas yang berbeda, dengan orang yang berbeda dan tentunya dengan kemampuan yang berbeda pula. Ketiga adalah kesejahteraan profesi tersebut tidak terjamin. Kalau menurut saya jauh dari apa yang dibilang sejahtera, kalau pun ada yang terlihat berkecukupan atau lebih itu bisa jadi karena pasangannya berprofesi yang berpenghasilan cukup tinggi dibandingkan dengannya, atau bisa juga mereka mempunyai sampingan yang cukup sukses.


Saat pertama kali saya terjun di dunia tarik suara, saya sempat berkeinginan menjadi seorang penyanyi terkenal. Melihat penyanyi di televise yang begitu dikenal dan hidup berkecukupan. Sampai saat ini pun saya masih senang dengan dunia tarik suara. Beberapa bulan yang lalu saya sempat berbicara empat mata dengan ayah saya saat beliau di rumah. Berbicara mengenai banyak hal tentang saya, kegiatan saya, pekerjaan saya, masa depan saya, hubungan saya dengan pacar saya, dan saat itu baru saya mengetahui bahwa dulu ayah saya pernah ditawari oleh seseorang untuk mengorbitkan saya, tapi entah dengan pertimbangan apa saat itu ayah saya menolaknya. Menyesal mendengarnya, tapi mungkin itu bukan rejeki saya, jalan saya tidak di situ. Saat ini sebenarnya saya sudah menjadi seorang penyanyi, penyanyi kelas kamar mandi, kadang juga saya menyanyi di acara-acara pernikahan saudara saya.


Kesukaan saya membaca novel teenlit membuat saya juga pernah berkeinginan untuk menjadi seorang penulis. Sepertinya menjadi seorang penulis merupakan profesi yang menyenangkan. Ada kebanggaan tersendiri manakala tulisan hasil karya saya terpampang di rak toko buku, lebih bangga lagi ketika ada yang mau menghargainya dengan membeli dan membacanya. Setelah saya mencoba menulis membuat sebuah cerita, ternyata tak semudah membaca dan menikmati teenlit itu. Menulis butuh kemauan yang tinggi selain itu juga membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas untuk menciptakan sebuah karya yang spektakuler dan disukai banyak orang. Akhirnya keinginan itu terpendam oleh waktu dengan sendirinya. Saya tidak percaya diri dengan tulisan saya, tapi setidaknya saya sedikit mewujudkannya melalui blog ini :).
Sebenarnya masih ada banyak keinginan saya yang ingin saya tuliskan di sini, mungkin lain waktu akan saya lanjutkan kembali tulisan saya mengenai keinginan-keinginan saya yang banyak sekali itu.


2 komentar: