Nikah,
Menikah, dan Pernikahan
Tulisan kedua di bulan september kali ini
saya akan berbicara mengenai pernikahan, sebuah tema yang cukup sensitif bagi
saya, cukup menyentil atau apapun itu namanya. Membicarakan mengenai pernikahan
bukan berarti saya ngebet kawin ya.... catet itu. Saya hanya turut berbahagia
untuk mereka yang sudah menemukan pasangan hidupnya dan sudah resmi menjadi
pasangan suami istri. Usia saya memang terlihat sudah pantas untuk menikah,
tetapi usia bukanlah tolok ukur seseorang dapat dikatakan pantas atau tidak
untuk melangsungkan pernikahan dan membina rumah tangga. Memang ada sedikit
rasa iri dalam diri saya kepada mereka-mereka yang usianya jauh di bawah saya,
seusia saya, di atas saya sedikit sudah menemukan pasangan hidup mereka dan
menikah. Terkadang saya bertanya kira-kira jodoh saya nantinya akan seperti apa
ya? Dan kapan saya bisa mengikuti jejak kesuksesan mereka membina rumah tangga?
(hahaha ngaco ni ah kayaknya) kembali pada topik.
Menikah merupakan impian bagi hampir semua
orang, kenapa saya katakan demikian karena ada beberapa orang yang tidak
menginginkan adanya pernikahan dengan alasan mereka masing-masing. Tujuan utama
hidup bukanlah semata untuk menikah, namun dengan menikah kita akan menemukan
tujuan hidup yang sebenarnya. Menikah bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan
perlu beberapa waktu untuk sampai akhirnya memutuskan untuk menikah dan hidup
bersama selamanya. Menikah tak semudah membeli baju, jika suka kita bayar dan
ketika sudah bosan dan usang, campakkan lalu cari penggantinya.
Menikah bukan perkara ijab kabul di depan
penghulu, tetapi arti menikah sebenarnya adalah berjanji kepada kedua orang tua
pasangan dihadapan Tuhan untuk mengambil alih tugas orang tua dan bersedia
untuk bertanggung jawab penuh kepada pasangannya. Tidak selesai sampai di situ,
justru ijab kabul itu adalah awal mula dari segala permasalahan, awal mula dari
sebuah kehidupan yang baru dengan orang baru yang akan kita temui setiap hari
dari bangun tidur sampai akan tidur lagi.
Kehidupan setelah menikah tidak selalu mulus
dan lancar seperti jalan tol, terkadang kita harus melalui jalan yang berliku,
melewati tikungan tajam, tanjakan yang berbahaya dan berbagai halangan yang
menguji kesetiaan, kesabaran pelaku rumah tangga. Saya memang belum
berumahtangga, tapi saya mengetahui sedikit banyak mengenai kehidupan rumah
tangga. Untuk memperoleh sebuah pengetahuan, kita tidak harus terjun langsung
menjadi pelaku, saya bisa belajar dengan cara melihat lingkungan sekitar saya,
memperhatikan dan mengambil sebuah pelajaran berharga dari sebuah kejadian,
yang mungkin manis dan pahitnya hanya bisa dirasakan langsung oleh pelaku dari
sebuah kejadian.
Membicarakan soal pernikahan sudah pernah
saya lakukan dengan pasangan saya, dan rencana ke sana pasti ada tapi tidak
sekarang. Menikah tak semudah membeli siomay yang tinggal berangkat dengan uang
7000 rupiah kita sudah bisa makan siomay, banyak hal yang perlu dipersiapkan
sebelum menuju ke arah sana. Persiapan lahir dan batin pada diri masing-masing
tentunya. Dan saya masih perlu belajar mengenai banyak hal tentang nikah,
menikah, pernikahan dan membina rumah tangga. Menikah bukan hal yang mudah
dilakukan tapi tidak berarti berat juga. Suatu saat nanti saya pasti akan
menikah. Mungkin bukan sekarang tapi suatu hari nanti Tuhan pasti akan
mengirimkan seseorang yang terbaik untuk menjalani hidup bersama saya,
membimbing saya ke jalan-Nya, menjadi imam bagi keluarga saya, menjadi ayah
dari anak-anak saya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar